Thursday, December 22, 2016

Manfaat Postif Fenomena #omteloletom Agar Peduli Penggunaan Transportasi Publik


Fenomena para pemburu telolet bis yang sempat menjadi trending topic dunia di situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, dan instagram pada Rabu (21/12/2106) kemarin mulai menjadi perhatian dari sejumlah pihak, diantaranya Kementerian Perhubungan dan Kepolisian.

Seperti dilansir situs merdeka.com pada Rabu kemarin, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membuat imbauan kepada sopir bus untuk tidak melayani permintaan anak-anak yang meminta 'telolet'.

"Jadi kami mengimbau kepada pengguna atau sopir-sopir tidak mengikuti permintaan-permintaan itu," katanya.

Menhub sendiri tidak melarang, namun dia mengimbau agar warga terutama anak-anak yang sedang mengikuti trend kekinian tersebut untuk selalu menomorsatukan keselamatan.


Jadi sebenarnya bukan melarang, saya sebagai pribadi itu senang musik apalagi bus itu. Yang saya imbau itu karena ada indikasi mereka sampai jalan tol, itu yang jangan," ujarnya saat di lapangan Silang Monas Sisi Selatan, usai Apel Gelar Pasukan Operasi Kepolisian Terpusat 'Lilin 2016'.

Sementara Kasubdit Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya AKBP Budianto menegaskan melarang penggunaan klakson jenis itu, karena bisa mengganggu pengendara lainnya.

"Nanti orang akan kaget dong. Kan bunyinya sangat keras, sehingga konsentrasi pengendara akan hilang arah sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan, Masyarakat umum tak boleh menggunakan. Itu melanggar pasal 227 UU No 22 Tahun 2009 tentang angkutan jalan melanggar pasal 227 UU No 22 Tahun 2009 tentang angkutan jalan" kata Budianto di Jakarta, Rabu (21/12), dikutip dari poldametrojaya.info.

Netter sendiri menanggapi fenomena Om Telolet Om sebagai hiburan ringan untuk sejumlah orang di beberapa wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa.

"Hiburan rakyat murah meriah kok dilarang, mereka terlihat cukup bahagia hanya mendengar suara klakson telolet, kalau mau tertibkan, tertibkan dulu knalpot bising yang digunakan motor + kendaraan pribadi yang menggunakan sirine dan strobo yang jelas bukan peruntukannya" ujar seorang netter.

Penulis sendiri berpendapat, kontroversi seperti ini bisa ditemukan solusi terbaik apabila semua pihak bertemu. Kalau dilihat, ini merupakan cara yang bagus untuk mulai mengajak masyarakat beralih menggunakan transportasi publik salah satunya Bis.

Soalnya penulis sendiri pernah merasakan menggunakan bis Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) jurusan Jakarta-Jogja bersama teman yang juga seorang anggota dari Bis Mania Community (BMC). Ia sendiri menjelaskan bahwa beberapa PO Bis yang ada sudah  mulai melakukan efisiensi dikarenakan kalahnya bersaing harga dengan beberapa transportasi massa lainnya seperti kereta api dan pesawat.

"Perbandingan tarif tiket bis kelas eksekutif sama kereta ekonomi dengan jurusan yang sama seperti Jakarta Jogja hampir sama, bahkan ada juga tiket kereta kelas ekonomi yang harganya bisa dibawah tiket bis. Padahal sampai tujuannya juga sama saja, paling selisih waktunya sedikit." Ujar seorang anggota Komunitas Bis Mania.

Kereta api sendiri untuk gerbong kelas ekonomi juga sudah membenahi diri dan memperbaiki fasilitasnya, seperti AC, toilet yang bersih, dan sistem pembelian tiket yang sangat mirip dengan transportasi udara, ada check in dan boardingnya. Transportasi Kereta dan Pesawat tarif nya sendiri sekarang sudah mulai bersaing. Sadar tidak sadar ini sama saja perang tarif murah antar sesama transportasi massa.

Penulis sendiri menilai, hal ini seperti perang tarif antar sesama transportasi massa, tarif murah, sampai tujuannya cepat. Tapi apakah memikirkan keselamatan para penumpang?. Perang tarif memang sangat wajar dan pastinya akan mematikan yang konvensional. Apabila melihat beberapa situs yang menyediakan layanan travell agent (situs perjalanan online) ternama, dengan mudahnya kita akan menemukan penjualan tiket pesawat dan kereta api, tapi untuk bis, kapal laut?, tidak ada sama sekali.

Padahal kalau penggunaan transpotasi bis bisa di optimalkan, sedikitnya dapat membantu mengatasi kemacetan yang terjadi di sejumlah titik saat arus mudik, atau libur natal dan tahun baru. Penjualan mobil murah, atau penjualan mobil dengan DP yang kecil dan kredit murah makin membuat transportasi massa satu ini (bis) mati. Padahal penulis sendiri menilai, penyumbang macet salah satunya adalah banyaknya pengguna kendaraan pribadi dibanding pengguna transportasi massa.

Kalau pihak Kepolisian, Kementerian perhubungan, dan pengusaha bis sebagai salah satu penyedia jasa layanan transportasi bisa duduk bareng, pasti akan ditemukan solusi. Minimal polisi lalu lintas tidak pusing memikirkan cara mengatasi kemacetan.

Penulis menilai fenomena #omteloletom ini bisa membantu masyarakat bisa beralih menggunakan bis daripada menggunakan kendaraan pribadi, setidaknya sedikit membantu untuk mengurai kemacetan di jalan.

No comments:

Post a Comment